PENGELOLAANAIR BERSIH DESA GELANGSAR . Pasal 2. Pengelolaan dan penyediaan air bersih dilaksanakan oleh Pemerintah Desa melalui UPAB. Pasal 3. Setiap warga Desa Gelangsar, berhak mendapatkan air bersih dan sehat melalui fasilitasi air minum umum yang disediakan oleh pemerintah desa. BAB III. KEWAJIBAN MASYARAKAT . Pasal 4
Di Indonesia, masalah air bersih masih menjadi perhatian utama. Banyak daerah di Indonesia yang masih mengalami masalah air bersih seperti kelangkaan air bersih dan kualitas air yang buruk. Oleh karena itu, setiap desa perlu membuat peraturan tentang pengelolaan air bersih agar dapat memenuhi kebutuhan air bersih yang memadai bagi masyarakat. Pengertian Air Bersih Air bersih adalah air yang tidak mengandung bahan-bahan kimia atau zat lain yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti mandi, mencuci, dan minum. Pengelolaan Air Bersih Pengelolaan air bersih meliputi segala hal yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan air bersih adalah sumber air, distribusi air, dan penggunaan air. Sumber Air Sumber air adalah tempat dimana air bersih diambil. Sumber air bisa berupa air permukaan seperti sungai, danau, atau waduk, atau air tanah yang diambil melalui sumur. Desa perlu memastikan bahwa sumber air yang digunakan aman dan tidak terkontaminasi. Distribusi Air Distribusi air meliputi sistem pipa dan jaringan saluran air yang mengalirkan air bersih ke rumah-rumah di desa. Desa perlu memastikan bahwa jaringan saluran air dalam kondisi baik dan tidak bocor agar air yang diterima oleh masyarakat tetap bersih. Penggunaan Air Penggunaan air meliputi cara penggunaan air bersih oleh masyarakat. Desa perlu memberikan edukasi kepada masyarakat tentang cara penggunaan air yang baik dan benar agar kualitas air tetap terjaga. Peraturan Desa tentang Pengelolaan Air Bersih Setiap desa perlu membuat peraturan tentang pengelolaan air bersih. Peraturan ini bertujuan untuk memastikan bahwa pengelolaan air bersih di desa berjalan dengan baik dan kualitas air yang dihasilkan tetap terjaga. Beberapa hal yang perlu diatur dalam peraturan desa tentang pengelolaan air bersih adalah Pembangunan Infrastruktur Peraturan desa harus mencakup pembangunan infrastruktur pengelolaan air bersih seperti pembangunan sumur, pembangunan pipa saluran air, dan pembangunan instalasi pengolahan air. Pengawasan Kualitas Air Peraturan desa harus mencakup pengawasan terhadap kualitas air yang dihasilkan. Desa perlu melakukan pengujian secara berkala untuk memastikan bahwa kualitas air yang dihasilkan tetap terjaga. Pembatasan Penggunaan Air Peraturan desa harus mencakup pembatasan penggunaan air agar masyarakat tidak membuang air secara sembarangan. Hal ini bertujuan untuk menjaga kualitas air dan menghemat penggunaan air. Pengelolaan Sampah Peraturan desa harus mencakup pengelolaan sampah agar tidak mencemari sumber air. Desa perlu membuat program pengelolaan sampah yang baik dan benar agar tidak mencemari lingkungan sekitar. Kesimpulan Peraturan desa tentang pengelolaan air bersih sangat penting untuk memastikan bahwa pengelolaan air bersih di desa berjalan dengan baik dan kualitas air yang dihasilkan tetap terjaga. Desa perlu memperhatikan sumber air, distribusi air, dan penggunaan air agar masyarakat dapat memenuhi kebutuhan air bersih yang memadai. Blog PeraturanDesa Tentang Pengelolaan Air Bersih Kab Trenggalek BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DE KEPALA DESA NGLEBENG KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DESA NGLEBENG NOMOR 06 TAHUN 2018 TENTANG KEWENANGAN BERDASARKAN HAK ASA Warga masyarakat di lima desa di Pulau Wawoni’i dilaporkan kesulitan mendapatkan air bersih sejak sumber mata air tercemar lumpur yang bersumber dari kegiatan penambangan nikel. Warga di Pulau Wawoni’i, Kabupaten Konawe Kepulauan, Sulawesi Tenggara mengeluhkan kesulitan mendapatkan air bersih. Wawonii adalah sebuah pulau kecil dengan luas 867,58 kilometer persegi. Amlia, seorang ibu rumah tangga di pulau itu mengungkapkan dari jumlah empat mata air, tiga diantaranya sudah tercemar oleh lumpur dampak dari penggalian penambangan nikel. “Mata air itu sudah tidak bisa lagi dipakai oleh warga karena sudah tercemar, bukan air lagi yang keluar, sudah lumpur, jadi kita sekarang sudah kesusahan air,” kata Amlia dalam konferensi pers secara daring, Minggu 4/6. Warga di Desa Roko-Roko dalam sebuah rekaman video memperlihatkan air berwarna keruh kecoklatan yang mengalir dari sebuah sumber mata air yang tercemar galian pertambangan nikel, dalam tangkapan layar. Amlia mengatakan kini untuk mendapatkan air bersih dirinya harus menempuh jarak lima kilometer ke desa lainnya yang masih terdapat sumber mata air yang belum tercemar. Warga juga mengupayakan cara lain untuk mendapatkan air meskipun tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. “Sekarang yang kita upayakan tadah air hujan, kita gali sumur, tidak mencukupi juga,” kata Amlia. Dalam siaran pers bersama oleh YLBHI, JATAM Nasional, KIARA, Trend Asia dan LBH Makassar yang diterima VOA, Minggu 4/6 mengungkapkan kerusakan sumber air bersih di Pulau Wawonii berdampak pada jiwa warga yang berada di lima desa, yaitu Dompu-Dompu, Sukarela Jaya, Roko-roko, Bahaba dan Teporoko. Sejak Mei 2023, air yang mengalir ke rumah-rumah warga di ke lima desa itu sudah berwarna keruh kecolatan bercampur lumpur. Kuat dugaan kondisi itu diakibatkan kegiatan pertambangan nikel yang dilakukan sejak 2019. “Tahun lalu kami sempat menemukan bahwa di antara pertemuan sungai Roko-Roko dan anak sungainya Tamo Siu-siu, itu sudah terjadi percampuran antara air yang jernih dengan air yang sudah membawa sedimen dari land clearing yang dilakukan pertambangan,” jelas pegiat Koalisi Rakyat Untuk Keadilan Perikanan KIARA Erwin Suryana dalam acara yang sama. Seorang nelayan menyiapkan perahu kayunya di desa tercemar di Kolaka, Kabupaten Sulawesi Tenggara, 14 April 2011. Foto REUTERS/Yusuf Ahmad Aktivis Pertambangan Ancam Kelestarian Ikan Selain mencemari tiga mata air di Pulau Wawonii, sedimen yang dihasilkan dari kegiatan pertambangan juga mengancam kelestarian biota ikan di bagian muara sungai Roko-Roko yang dinamai warga sebagai ikan Lompangea. “Nah ketika pertambangan mulai dilakukan ikan Lompa ini kemudian menghilang, padahal selama ini ikan lompat digunakan untuk memenuhi kebutuhan protein ketika mereka mengalami masa paceklik mendapatkan tangkapan di wilayah perairan laut,” kata Erwin yang menambahkan material sedimen lumpur yang mengalir ke muara juga mengancam kelestarian terumbu karang di pesisir pantai yang menjadi habitat ikan. Erwin khawatir kegiatan pertambangan yang terus berlanjut di pulau kecil itu dapat menyebabkan dampak kerusakan lingkungan yang mempengaruhi kehidupan masyarakat setempat. Ancaman Ekologi Edy K Wahid dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia mengatakan berdasarkan ketentuan Pasal 35 huruf k dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014, melarang penambangan mineral yang berpotensi menimbulkan konflik sosial dan kerusakan lingkungan hidup. Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan km2 dua ribu kilometer persegi beserta kesatuan ekosistemnya. “Jika pulau kecil ditambang maka secara konteks ekologi, lingkungan dan sosial itu akan berdampak fatal terhadap itu semua, makanya di pasal itu sudah keras menyatakan pulau kecil tidak boleh dilakukan kegiatan pertambangan,” ujarnya. Dalam siaran persnya organisasi sipil dan lingkungan hidup itu mendesak dihentikannya kegiatan tambang di Pulau Wawonii, juga mendesak pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Konawe Kepulauan untuk segera mencabut alokasi ruang tambang di Pulau Wamoni’i dalam Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah berdasarkan putusan Mahkamah Agung No 57 Tahun 2022. PT Gema Kreasi Perdana GKP membantah sebagai sebagai penyebab utama keruhnya sumber mata air di Roko-Roko. Perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan logam komoditas nikel itu menjelaskan bahwa dari hasil pengecekan lapangan dengan melibatkan ahli hidrologi dan pemerintah setempat serta masyarakat desa, didapati bahwa sumber utama keruhnya air karena adanya peningkatan curah hujan di Kabupaten Konawe Kepulauan, yang tengah dalam fase peralihan musim. Kondisi ini mendorong curah hujan dengan intensitas tinggi ke beberapa wilayah disana. Curah hujan tinggi ini membawa serta lapisan tanah permukaan, ditambah pula banyaknya anak sungai yang kering saat musim kemarau, menjadi penuh ketika hujan datang. “Akibatnya, semua lapisan tanah permukaan tersebut, mengarah ke sungai besar bahkan juga menerobos sampai ke sumber-sumber air bersih warga. Dua desa di Roko-Roko Raya, yakni Desa Sukarela Jaya dan Desa Dompo-Dompo dengan sumber mata air yang sama, mengalami kekeruhan,” jelas PT GKP dalam siaran pers pada tanggal 5 Juni 2023. Menurut GKP hanya ada dua desa itu yang terdampak. PT GKP menjelaskan telah membentuk tim cepat tanggap yang bergerak untuk memberikan bantuan air bersih dengan memasok air bersih ke rumah-rumah warga menggunakan beberapa truk air dengan kapasitas 5 ribu dan 8 ribu liter. Penyaluran air dilakukan setiap hari, hingga kondisi air menjadi normal. Selain itu dilakukan pembersihan bak penampung warga untuk diisi dengan air bersih yang dialirkan ke rumah warga melalui pipa. Juga dilakukan upaya pembuatan sumur bor dan pencarian sumber air bersih yang dijadikan alternatif untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat. [yl/em] PENGELOLAANAIR BERSIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 20 14 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang -Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia tentang Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Nega ra Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 611 );terhadapsumber daya air bersih. Kegiatan pendampingan ini dilaksanakan di Desa Bayas Jaya, Kecamatan Way Khilau, Kabupaten Pesawaran. Pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang konservasi sumber daya air, kualitas air, dan pengelolaan sumber daya air. Langkah-langkah yang dilakukan meliputi: (1) assessment
DASARHUKUM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK Undang-Undang Undang -Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan; Undang -Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; Peraturan Pemerintah Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai; Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan .